Hukum Shalat Di Kuburan

Terjadi perbedaan pendapat di antara madzhab yang empat dalam ahlu sunnah tentang Hukum Shalat di pekuburan:
Ibnu Abidin dari madzhab hanafi berkata:
 " ولا بأس بالصلاة فيها - أي المقبرة - إذا كان فيها موضع أعد للصلاة ، وليس فيه قبر ولا نجاسة " .
“Tidak  mengapa shalat di dalamnya yaitu kuburan, jika di dalamnya disediakan tempat untuk shalat dan tidak di dalamnya /tempat tersebut kuburan atau najis.”[1]
Imam Malik berkata:
لا بأس بالصلاة في المقابر ، وبلغني أن بعض أصحاب النبي - صلى الله عليه وسلم - كانوا يصلون في المقبرة "
“Tidak mengapa shalat dipekuburan dan sampai kepadaku kabar bahwa sebagian para shahabt Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam shalat di pekuburan.”[2]
Imam Asy Syafie berkata:
" والمقبرة الموضع الذي يقبر فيه العامة ؛ وذلك كما وصفت مختلطة التراب بالموتى ، وأما صحراء لم يقبر فيها قط ، قبر فيها قوم مات لهم ميت ، ثم لم يحرك القبر فلو صلى رجل إلى جانب ذلك القبر أو فوقه ، كرهته له ولم آمره يعيد ؛ لأن العلم يحيط بأن التراب طاهر ، لم يختلط فيه شيء ، وكذلك لو قبر فيه ميتان أو موتى "
“Dan pekuburan adalah temapat yang dikubur di dalam kaum muslim secara umum, dan hal itu sebagaimana yang telah aku sifati ia adalah tanah bercampur dengan mayat, dan adapun padang pasir tidak pernah di kubur di dalamnya samasekali, telah dikubur di dalamnya suatu kaum yang telah meninggal seorang mayat, kemudian tidak digerakkan kuburan tersebut, jikalau seseorang shalat kea rah samping kuburan tersebut atau atasnya, maka aku membencinya dan aku tidak memerintahkannya untuk mengulangnya, karena ilmu menyebutkan bahwa tanah adalah suci, tidak bercampur dengannya sesuatu apapun, demikian pula jika dikubur di dalamnya dua orang mayat atau satu orang.”[3]
Jika kita ingin menyimpulkan apa yang dikatakan Imam Asy Syiafi’ie adalah jika kuburan itu tergali maka shalat pekuburan tersebut najis dan tidak boleh shalat di dalamnya, tetapi jika kuburan itu tidak tergali maka tanahnya suci dan maka shalat padanya shahih.
Inilah pendapat pertama dari pendapat madzhab yang empat yaitu menyatakan hukum shalat di pekuburan (dengan berbagai macam redaksi pernyataa) sah tetapi dimakruhkan serta tidak perlu mengulang.
Ibnu Baththal berkata:
وكل من كره الصلاة من هؤلاء لا يرى على من صلى فيها إعادة
“Dan setiap yang memakruhkan shalat (di dalamnya) dari mereka, tidak berpendapat bahwa yang telah shalat di dalamnya harus diulang.”[4]
Al Mardawi dari madzhab hambali berkata:
قال المرداوي في الإنصاف: (ولا تصح الصلاة في المقبرة والحمام والحش وأعطان الإبل . هذا المذهب . وعليه الأصحاب . قال في الفروع : هو أشهر وأصح في المذهب ، قال المصنف وغيره : هذا ظاهر المذهب ، وهو من المفردات)
Tidak sah shalat di pekuburan, kamar mandi, wc, dan kandang onta, ini adalah (pendapat) madzhab (hambali) dan inilah pendapat para ulama (madzhab). Ia berkata di dalam kitab Al Furu’: “Ia adalah pendapat yang lebih masyhur dan lebih benar di dalam madzhab”, Al Mushannif dan selainnya berkata: “inilah madzhab yang jelas dan ia adalah termasuk kosa kata (madzhab).”[5]
Ibnu Qudamah berkata:
" وعن أحمد رواية أخرى : أن الصلاة في هذه - أي المقبرة والحش والحمام وأعطان الإبل - صحيحة ما لم تكن نجسة "
“Imam Ahmad memiliki riwayat pendapat lain yaitu bahwa shalat di dalamnya, yaitu kuburan, kebun, kamar mandi dan kandang onta adalah sah selama tidak najis.”[6] Tetapi pendapat yang lebih masyhur dari Imam Ahmad dan pendapat madzhab hambali adalah tidak sah shalat di pekuburan dan shalatnya harus diulang.
Dan inilah pendapat kedua dari empat madzhab yaitu hukum shalat di pekuburan shalatnya tidak sah dan jika shalat yang dikerjakan di pekuburan itu adalah shalat wajib, maka belum jatuh kewajibannya dan harus di ulang di tempat selain pekuburan.
DALIL-DALIL:
Dalil Pendapat Pertama:
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِى ، نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ ، وَجُعِلَتْ لِىَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا ، وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ ، وَأُحِلَّتْ لِىَ الْغَنَائِمُ ، وَكَانَ النَّبِىُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً ، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً ، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ » .
Artinya: “Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diberikan lima perkara, tidak seorangpun nabi-nabi sebelumku diberikan lima hal terserbut; aku diberi kemenangan dengan rasa takut yang dimiliki oleh musuh dalam perjalanan sebulan, dijadikan untukku bumi sebagai masjid dan suci siapa saja dari umatku yang mendapati shalat maka shalatlah (ditempat itu), dihalalkan untukku kambing, dahulu seorang nabi diutus kepada kaumnnya secara khusus, aku diutus kepada seluruh manusia dan diberikan kepadaku syafaat.”[7]
Yang menjadi inti pendalilan adalah kalimat di dalam hadits:
وَجُعِلَتْ لِىَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
“Dan dijadikan untukku bumi sebagai masjid dan suci.”
Sisi pendalilan adalah bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskn bahwa bumi seluruhnya adalah sebagai masjid untuk beliau, dapat dishalati di dalamnya dan ini termasuk kekhususan bagi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mari perhatikan perkataan Ibnu Abdil Barr:
: " . . . ففضائله - صلى الله عليه وسلم - لم تزل تزداد إلى أن قبضه الله ، فمن ههنا قلنا : إنه لا يجوز عليها النسخ ، ولا الاستثناء ، ولا النقصان "
“…keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam selalu bertambah sampai diwafatkan oleh Allah, dari sinilah kita mengatakan: “Seungguhnya tidak boleh dibawakan hukum naskh atasnya, tidak juga dikecualikan atau dikurangi.”[8]
Jadi bisa disimpulkan bahwa pendapat pertama yang menyatakan bahwa shalat di pekuburan hukumnya makruh tetapi shalatnya tetap sah, karena mereka memandang bahwa sebab larangan shalat adalah jikalau tanah di pekuburan terdapat najis, maka dilarang shalat di dalamnya.
Dalil Pendapat Kedua:
  1. Hadits:
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلاَّ الْمَقْبُرَةَ وَالْحَمَّامَ ».
Artinya: “Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda: “Bumi sleuruhnya adalah masjid kecuali kuburan dan kamar mandi.”[9]
Yang menjadi inti dalil adalah kalimat di dalam hadits:
إِلاَّ الْمَقْبُرَةَ وَالْحَمَّامَ
Sisi pendalilannya adalah: bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengecualikan kuburan dari bumi yang pantas digunakan untuk shalat, dan ini menunjukkan bahwa kuburan tidak sah digunakan shalat di dalamnya selain shalat jenazah.
   2.Hadits:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « اجْعَلُوا فى بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا » .
Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jadikalan oleh kalian di dalam rumah-rumah kalian dari shalat-shalat kalian  dan janganlah kalian jadikan ia sebagai kuburan-kuburan.” HR. Bukhari.
Yang menjadi inti dalil adalah kalimat di dalam hadits:
وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
“dan janganlah kalian jadikan ia sebagai kuburan-kuburan”
Sisi pendalilan, Imam Al baghawi berkata:
فدل على أن محل القبر ليس بمحل للصلاة.
“hal ini menunjukkab bahwa pekuburan bukanlah tempat untuk shalat: “[10]
Dan bisa disimpulkan bahwa pendapat kedua yang menyatakan bahwa shalat di pekuburan hukumnya haram dan shalatnya tidak sah, karena memandang sebab dilarangnya shalat di pekuburan adalah larangan menyerupai kebiasaan kaum Yahudi dan Nashrani, yang mana kaum muslim diperintahkan untuk menyelisihi mereka dan dilarang menyerupakan diri dengan mereka. Dan sebab yang lain adalah karena shalat di kuburan dapat menjadi sarana untuk menyembah kepada selain Allah, karena di dalam shalat terdapat gerakan-gerakan yang tidak dapat ditujukan kecuali kepada Allah Taala, seperti ruku dan sujud.
Pendapat yang dipilih:
Haram shalat di pekuburan dan shalatnya tidak sah, kecuali shalat jenazah.
Hal ini berdasarkan:
  1. Dalil-dalil yang kuat dan mutawatir tentang larangan untuk menjadikan kuburan sebagai masjid, dan sebagai tambahan atas dalil-dalil di atas adalah;
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah memerangi kaum Yahudi yang telah menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai masjid.”[11]
أَنَّ عَائِشَةَ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالاَ لَمَّا نَزَلَ بِرَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ ، فَإِذَا اغْتَمَّ بِهَا كَشَفَهَا عَنْ وَجْهِهِ ، فَقَالَ وَهْوَ كَذَلِكَ « لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ » . يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا .
Artinya: “Bahwa Aisyah dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Ketika sakit yang diderita Rasulullah bertambah parah, beliau sering meletakkan kain yang beliau miliki di atas wajahnya, jika merasa sesak nafasnya akibat itu, beliau membukanya dari wajahnya, lalu dalam keadaan demikian beliau bersabda: “Laknat Allah atas kaum Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai masjid.” Beliau memperingatkan dari apa yang telah mereka perbuat.”[12]
عَنْ جُنْدَبٌ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْلَ أَنْ يَمُوتَ بِخَمْسٍ وَهُوَ يَقُولُ « ...وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّى أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ ».
Artinya: “Jundub radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lima hari sebelum kematian beliau bersabda: “…Dan sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan-kuburan para mani mereka dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid, ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku telah melarang kalian akan hal itu.”[13]
عَنْ أَبِى عُبَيْدَةَ قَالَ آخِرُ مَا تَكَلَّمَ بِهِ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « ...وَاعْلَمُوا أَنَّ شِرَارَ النَّاسِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ ».
Artinya: “Abu ‘Ubaidah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Perkataan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling terakhir beliau ucapkan adalah: “Keluarkanlah kaum Yahudi dari bumi Hijaz dan kaum Najran dari Jazirah Arab dan ketauhilah bahwa seburuk-buruk manusia adalah orang-orang yang menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai masjid.”[14]

  1. Sebab dari larangan shalat di kuburan adalah ditakutkan sebagai sarana penghantar kesyirikan, dan bukan sebabnya karena najisnya tanah kuburan.
  2. Jika ada larangan maka asal hukumnya berkonsekuensi kepada pengharaman kecuali ada dalil yang kuat dan shahih yang dapat menurunkannya menjadi makruh  dan sebuah pengharaman berkonsekuensi kepada rusaknya amalan tersebut.
  3. Berhusnu zhan kepada para ulama yang berpendapat makruh shalat di pekuburan dan sah shalatnya, bahwa maksud mereka adalah makruh yang bermakna keharaman, sebagaimana kebanyakan pendapat para ulama terdahulu, jika memakai kata kamruh terkadang maknanya adalah haram. Hal ini karena tidak mungkin mereka melewatkan begitu saja hadits-hadits mutawatir yang menjelaskan bahwa Allah Ta’ala dan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid, dan termasuk di dalamnya adalah shalat di pekuburan, karena shalat tempatnya bukan di pekuburan.  Wallahu a’lam.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
[1] Lihat kitab Hasyiah Ibnu Abidin, 1/380.
[2] Lihat kitab Al Mudawwanah al Kubra, 1/90
[3] Lihat kitab Al Umm, 1/92.
[4] Lihat kitab Syarah Shahih Al Bukhari karya Ibnu Baththal, 2/86.
[5] Lihat kitab Al Inshaf Fi Ma’rifat Ar Rajih Min Al Khilaf, 1/344.
[6] Lihat kitab Al Mughni, 2/67.
[7] HR. Bukhari dan Muslim.
[8] Lihat kitab At Tamhid,  5/220.
[9] HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah.
[10] Lihat kitab Syarah As Sunnah, 2/411.
[11] HR. Bukhari
[12] HR. Bukhari.
[13] HR. Muslim.
[14] HR. Ahmad.
Title : Hukum Shalat Di Kuburan
Description : Terjadi perbedaan pendapat di antara madzhab yang empat dalam ahlu sunnah tentang Hukum Shalat di pekuburan: Ibnu Abidin dari madzhab han...

0 Response to "Hukum Shalat Di Kuburan"

Post a Comment

Kategori

Adab (9) Adzan (16) Ain (1) Air (3) Anak (1) Anjing (2) Aqiqah (3) Asuransi (1) Bangkai (1) Budak (1) Demonstrasi (8) Doa (42) Dzikir (1) E-Book (2) Gadai (1) Gerhana (6) Hadiah (1) Haid (3) Haji Dan Umroh (15) Hibah (1) Hijab (1) Homo (1) Hudud (7) I'tikaaf (1) Ied (2) Ifthaar (1) Ilaa (1) Isbal (7) Jabat Tangan (1) Jaminan (1) Jenazah (5) Jenggot (2) Jihad (4) Jual Beli (18) Judi (2) Jum'at (7) Junub (1) Kaffarah (1) Kaidah Fiqh (83) KENCING (1) Khitan (1) Khutbah (2) Lailatul Qadr (1) Mahrom (1) Makanan (1) Masbuq (1) Masjid (3) Membunuh (1) Mencuri (1) MLM (2) Muharram (2) Nafkah (6) Najis (2) Nama (5) Nawazil (3) Nifas (2) Nikah (15) Nusyuz (1) Other (1) Politik (8) Puasa (13) Qunut (1) Qurban (11) Riba (8) Sahur (3) Sedekah (1) Sewa (1) Shaf (3) Sholat (63) Siwak (1) Suci (2) Sujud (4) Sumpah (1) Ta'ziah (1) Tabarruj (3) Takbir (1) Talak (14) Tarawih (1) Tasyrik (3) Tayamum (3) Tepuk Tangan (1) Tetangga (1) Thaharah (3) Ular (1) Video Dan Audio (1) Wirid (1) Witir (2) Wudhu (6) Yatim (1) Zakat (9) Ziarah (1) Zina (2)

Random Ayat Quran

Millis

Join dan ikuti diskusi ilmiah, tanya jawab dan info-info yang insyaAllah sangat bermanfaat.

Flag Counter