Suci Dengan Air

Air merupakan alat thoharoh (bersuci) yang paling dominan. Karenanya, hampir seluruh kitab fiqih, selalu diawali dengan pembahasan air terlebih dahulu. Berikut ini pembahasan tentang air secara ringkas.

 A. Air Mutlak

Air mutlak adalah  air asli dari sumbernya baik turun dari langit atau keluar dari bumi, yang bila disebut lafadz air berarti itulah maksudnya. Seperti: air hujan, air laut, air sungai, air telaga, air sumur dan sebagainya. Hukum air ini adalah suci dan mensucikan  bagaimanapun rasa, warna dan baunya. Baik asin rasanya, keruh warnanya maupn tidak sedap aromanya. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut:

Dalil Al-Qur’an:

وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً طَهُورًا
Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih (QS. Al-Furqon: 48)

Dalil Hadits

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ  يَقُوْلُ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ  فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَنَحْمِلُ مَعَنَا الْقَلِيْلَ مِنَ الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا أَفَنَتَوَضَّأُ بِهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ
Dari Abu Hurairah berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Rosululloh n seraya bertanya: Wahai Rosululloh n, sesungguhnya kami berlayar di lautan dan kami hanya membawa sedikit air, bila kami berwudhu dengan air tersebut maka kami akan kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan air laut? Rosululloh n menjawab: Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (Shohih. Diriwayatkan Malik dalam Al-Muwatho’ (1/22) Syafi’i dalam Al-Umm (1/16) Ahmad (2/237,361, 392) Abu Daud (83) Tirmidzi (69) Nasa’i (59) Ibnu Majah (386) Darimi (735) Ibnu Huzaimah (111) Ibnu Jarud dalam Al-Muntaqo’ (43) Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (505) Al-Baghowi dalam Syarh Sunnah(281) dan dishohihkan Bukhori, Tirmidzi, Ibnu Huzaimah, Ibnu Mandah, Al-Hakim, Ibnu Hazm, Baihaqi, Abdul Haq dan lain-lain sebagaimana diceritakan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam At-Tahdzib (5/489). Lihat pula Irwa’ul Gholil  (no.9) dan As-Shohihah (480) oleh Al-Albani).

Dalil Ijma’

Al-Allamah Shidiq Hasan Khon berkata dalam Ar-Roudhoh Nadiyyah (1/53): “Tidak ada perselisihan kalau air mutlak adalah suci dan mensucikan sebagaimana ditegaskan oleh Al-Qur’an, sunnah dan ijma’ serta hukum asal”.

BAir Musta’mal

Air Musta’mal yaitu …………….Para ulama berselisih pendapat tentang hukum air musta’mal ini, apakah suci atau tidak? Pendapat yang benar dalam masalah ini bahwa air musta’mal adalah suci dan mensucikan berdasarkan dalil-dalil yang banyak sekali, diantaranya:
عَنْ أَبِيْ جُحَيْفَةَ يَقُوْلُ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ  بِالْهَاجِرَةِ فَأُتِيَ بِوَضُوْءٍ فَتَوَضَّأَ فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُوْنَ مِنْ فَضْلِ وَضُوْئِهِ فَيَتَمَسَّحُوْنَ بِهِ
Dari Abu Juhaifah berkata: Rosululloh pernah keluar kepada kami pada siang hari, beliau diberi tempat wudhu dan berwudhu dengannya lalu manusia (para sahabat) mengambil sisa air wudhunya dan mengusapkan dengannya. (HR. Bukhori no.187).
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (1/395): “Dalam hadits ini terdapat dalil yang sangat jelas akan sucinya air musta’mal”.
عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ أَنَّ النَّبِيَّ  مَسَحَ بِرَأْسِهِ مِنْ فَضْلِ مَاءٍ كَانَ فِيْ يَدِهِ
Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidh bahwasanya Nabi  mengusap kepalanya dengan sisa air yang ada di tangannya. (HR. Abu Daud (130) dan dihasankan Al-Albani dalam Shohih Sunan Abu Daud (1/45).
عَنْ جَابِرٍ يَقُوْلُ جَاءَ رَسُوْلُ اللهِ يَعُوْدُنِيْ وَأَنَا مَرِيْضٌ لاَ أَعْقِلَ فَتَوَضَّأَ وَصَبَّ عَلَيَّ مِنْ وَضُوْئِهِ فَعَقَلْتُ…
Dari Jabir bin Abdillah  berkata: Rosululloh pernah mengunjungiku ketika saya sakit, tidak sadarkan diri (pingsan) lalu beliau berwudhu dan menuangkan kepadaku dari tempat wudhunya tadi. (HR. Bukhori no.194 Muslim no.1616).
Pendapat tentang sucinya air musta’mal ini dikuatkan oleh sejumlah para ulama salaf terdahulu maupun sekarang seperti Hasan Bashri, Ibrohim Nakho’i, Atho bin Abi Robah, Sufyan Tsauri, Abu Tsaur dan seluruh Dhohiriyyah serta sebuah riwayat dari Imam Ahmad dan Syafi’i sebagaimana diceritakan Imam Ibnu Hazmdalam Al-Muhalla (1/182) dan membelanya. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam Syaukani dalam Nailul Author (1/22) dan Al-Albani dalam Ats-Tsamarul Mustatob (1/5).

C. Bila Air Tercampur Barang Suci

Apabila air tercampur dengan sesuatu yang suci, seperti: minyak wangi, sabun, tepung dan sejenisnya maka hukumnya tidak lepas dari dua keadaan:
1. Apabila kemutlakan air masih terjaga, maka hukumnya suci dan mensucikan berdasarkan dalil sebagai berikut:
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ الأَنْصَارِيَّةِ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ  حِيْنَ تُوُفِّيَتْ اِبْنَتُهُ فَقَالَ اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَاجْعَلْنَ فِيْ الآخِِرَةِ كَافُوْرًا  أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُوْرٍ
Dari Ummu ‘Athiyyah Al-‘Anshoriyyah berkata: Rosululloh n pernah masuk pada kami ketika putrinya meninggal dunia seraya bersabda: Bersihkanlah tiga kali atau lima kali atau lebih bila kalian memandang perlu dengan air dan daun bidara. Dan campurlah basuhan terakhir dengan kafur (minyak wangi). (HR. Bukhori no.1258 dan Muslim no.939).
عَنْ أُمَّ هَانِئٍ قَالَتْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ  اغْتَسَلَ هُوَ وَمَيْمُوْنَةُ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ فِيْ قَصْعَةٍ فِيْهَا أَثَرُ الْعَجِيْنِ
Dari Ummu Hani’ berkata: “Saya melihat rasululloh  pernah mandi bersama Maimunah dari satu bejana yang tercampur tepung. (HR. Ibnu Khuzaimah (240), Nasa’i (240), Ibnu Majah (378) Ibnu Hibban (227-Mawarid) dan Ahmad (6/342) dengan sanad shohih sebagaimana dikatakan Al-Albani dalam Irwa’ul Gholil (1/64) dan Al-Misykah (485) ).
Dalam hadits-hadits ini terdapat campuran antara air dengan minyak wangi dan antara air dengan tepung. Tetapi campurannya tidak sampai menyebabkan hilangnya kemutlakan air. Oleh karenanya, boleh bersuci dengan air tersebut sebagaimana pendapat mayoritas ulama sebagaimana dikatakan Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (1/25).
2. Apabila kemutlakan air tidak terjaga seperti air susu, air teh, air kelapa, air sirup, air kopi dan lain sebagainya maka hukumnya suci tapi tidak mensucikan. Imam Ibnu Qudamah berkata: “Kami tidak mendapati perselisihan pendapat dalam masalah ini di kalangan ahli ilmu yang kami ketahui”. (Lihat Al-Mughni: 1/25).

D. Bila Air Tercampur Barang Najis

Apabila air tercampur dengan sesuatu yang najis maka hukumnya tidak luput dari dua keadaan:
1.  Apabila air yang tercampur dengan barang najis tadi berubah rasa, warna dan baunya maka tidak boleh bersuci dengan air tersebut berdasarkan ijma’ para ulama sebagaimana dinukil oleh Ibnu Mundzir dalam Al-Ijma’ (10) Nawawi dalam Al-Majmu’ (1/110) dan Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (1/53) dan lain-lain.
Adapun hadits yang berbunyi:
إِنَّ الْمَاءَ طَهُوْرٌ إِلاَّ إِنْ تَغَيَّرَ رِيْحُهُ أَوْ طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيْهَا
Sesungguhnya air itu suci kecuali apabila berubah baunya, rasanya dan warnanya dengan najis yang mengenainya..
Hadits ini adalah lemah dengan kesepakatan ahli hadits seperti Nawawi dalam Al-Majmu’ (1/110-111) Baihaqi dalam Sunan Kubro (1/260) Daruqutni dalam Sunannya (1/28-29) dan Az-Zaila’i dalam Nashbur Royah (1/94-95).
2.  Apabila air tercampur yang tercampur dengan barang najis tadi tidak berubah warna, rasa, dan baunya. Hukum air semacam ini suci dan mensucikan berdasarkan dalil sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ  أَنَتَوَضَّأُ مِنْ بِئْرِ بُضَاعَةٍ وَهِيَ بِئْرُ يُطْرَحُ فِيْهَا الْحِيَضُ وَلَحْمُ الْكِلاَبِ وَالنَّتْنُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  الْمَاءُ طَهُوْرٌ لاَ يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ
Dari Abu Said Al-Khudry berkata: Rosululloh pernah ditanya: Bolehkan kita bewudhu dari air Budho’ah yaitu sumur yang padanya terdapat kain darah haidh, kotoran dan daging anjing? Rosululloh menjawab: Air itu suci, tidak dinajiskan oleh sesuatupun. (Shohih. Diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya (3/15, 31, 86) Abu Daud (96) Tirmidzi (66) Nasa’i (325) Daruqutni (1/30-32) Ibnu Jarud dalam Al-Muntaqo (47) Al-Baghowi dalam Syarh Sunnah (283). Tirmidzi berkata: Hadits hasan. Dan dishohihkan Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Main dan Ibnu Hazm sebagaimana dalam At-Talkhis (1/18) dan dishohihkan Syaukani, Ahmad Syakir dan Al-Albani dalamIrwa’ul Gholil no.14).
Ini merupakan pendapat Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Hasan Bashri, Said bin Musayyib, Ikrimah, ibnu Abi Laila, Sufyan Tsauri, Daud dzohiri, Nakho’i, Malik dan sebuah riwayat dari Ahmad serta dipilih oleh sebagian Syafi’iyyah. Al-Ghozali berkata: “Saya suka jikalau madzhab Syafi’i dalam masalah air seperti madzhab Malik”. (Lihat Fiqih Sunnah (1/20) oleh Syaikh Sayyid Sabiq). Dan tidak ada perbedaan baik airnya sedikit maupun banyak, lain halnya dengan  pendapat-pendapat yang mensyaratkan adanya syarat-syarat lain. (Lihat Al-Munakholah Nuniyyah (hal.13) oleh Syaikh Murod Syukri).

E. Air Musyammaas

Hukum asal air adalah suci sebagaimana dinyatakan oleh para ulama. Demikian pula air musyammas hukumnya adalah suci karena tidak ada dalil yang mengeluarkannya dari kesucian. Adapun hadits ‘Aisyah x bahwasanya dia pernah berkata: Rosululloh n masuk kepadaku ketika aku tengah sedang memanaskan air di matahari maka Nabi bersabda:
لاَ تَفْعَلِيْ يَا حُمَيْرَاءُ فَإِنَّهُ يُوْرِثُ الْبَرَصَ
Janganlah engkau lakukan hal itu wahai Humairo’.  Sebab hal  itu akan mengakibatkan penyakit kudis.
Hadits tidak dapat dijadikan hujjah karena sanadnya tidak shohih. Imam Nawawi berkata dalam Al-Majmu’(1/133): “Hadits ini lemah dengan kesepakatan ahli hadits”. Kemudian lanjut beliau: “Pendapat sucinya air musyammas adalah pendapat yang benar dan sesuai dengan dalil serta sesuai dengan pendapat Syafi’i karena beliau berkata dalam Al-Umm: “Saya tidak membenci air musyammas kecuali dari segi kesehatan”. Demikian saya (Nawawi) melihat di kitab Al-Umm dan dinukil oleh Baihaqi dalam kitab Ma’rifah Sunan Wal Atsar dengan sanadnya sampai kepada Syafi’i. Inilah yang kami yakini dalam masalah ini. Dan madzhab Malik, Abu Hanifah, Ahmad, Daud dan mayoritas ulama berpendapat bahwa air musymamas tidak dibenci. Inilah pendapat yang terpilih”. (Lihat pula At-Talkhis (1/27) oleh Ibnu Hajar dan Irwa’ul Gholil (1/50-54) oleh Al-Albani).
Bahkan kita mendapati beberapa atsar yang mengisyaratkan tentang sucinya air musyammas.
عَنْ أَسْلَمَ مَوْلَى عُمَرَ: أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يُسَخَّنُ لَهُ مَاءٌ فِيْ قُمْقُمٍ فَيَغْتَسِلُ بِهِ
Dari Aslam maula Umar menceritakan bahwa pernah dipanaskan air untuk Umar  di sebuah bejana  lalu beliau mandi dengan air tersebut. (Dikeluarkan Daruqutni (14) dan Baihaqi dalam Sunannya (1/6) dishohihkan Al-Albani dalam Irwa’ul Gholil no.16).
عَنْ أَيُّوْبٍ قَالَ سَأَلْتُ نَافِعًا عَنِ الْمَاءِ الْمُسَخَّنِ فَقَالَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَتَوَضَّأُ بِالْحَمِيْمِ
Dari Ayyub berkata: “Saya bertanya kepada Nafi’ tentang air yang dipanaskan. Maka dia menjawab: Ibnu Umar pernah berwudhu dengan air panas”. (Dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (1/3) dan dishohihkan Al-Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 17).
Sahabat Salamah bin Akwa’ juga pernah memanaskan air lalu berwudhu dengannya. (Dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah dan dishohihkan Ibnu Hajar dalam At-Talkhis 1/31).
Bila dikatakan: “Atsar-atsar di atas hanya menunjukkan air yang dipanaskan dengan api bukan dengan matahari”. Kami akan menjawab: “Benar… Tapi apa bedanya api dengan matahari? Bukankah keduanya sama-sama suci?!”.
Demikian pembahasan air secara ringkas. Semoga bermafaat.
(Abu Ubaidah Al-Atsari).

Title : Suci Dengan Air
Description : Air merupakan alat  thoharoh  (bersuci) yang paling dominan. Karenanya, hampir seluruh kitab fiqih, selalu diawali dengan pembahasan air te...

0 Response to "Suci Dengan Air"

Post a Comment

Kategori

Adab (9) Adzan (16) Ain (1) Air (3) Anak (1) Anjing (2) Aqiqah (3) Asuransi (1) Bangkai (1) Budak (1) Demonstrasi (8) Doa (42) Dzikir (1) E-Book (2) Gadai (1) Gerhana (6) Hadiah (1) Haid (3) Haji Dan Umroh (15) Hibah (1) Hijab (1) Homo (1) Hudud (7) I'tikaaf (1) Ied (2) Ifthaar (1) Ilaa (1) Isbal (7) Jabat Tangan (1) Jaminan (1) Jenazah (5) Jenggot (2) Jihad (4) Jual Beli (18) Judi (2) Jum'at (7) Junub (1) Kaffarah (1) Kaidah Fiqh (83) KENCING (1) Khitan (1) Khutbah (2) Lailatul Qadr (1) Mahrom (1) Makanan (1) Masbuq (1) Masjid (3) Membunuh (1) Mencuri (1) MLM (2) Muharram (2) Nafkah (6) Najis (2) Nama (5) Nawazil (3) Nifas (2) Nikah (15) Nusyuz (1) Other (1) Politik (8) Puasa (13) Qunut (1) Qurban (11) Riba (8) Sahur (3) Sedekah (1) Sewa (1) Shaf (3) Sholat (63) Siwak (1) Suci (2) Sujud (4) Sumpah (1) Ta'ziah (1) Tabarruj (3) Takbir (1) Talak (14) Tarawih (1) Tasyrik (3) Tayamum (3) Tepuk Tangan (1) Tetangga (1) Thaharah (3) Ular (1) Video Dan Audio (1) Wirid (1) Witir (2) Wudhu (6) Yatim (1) Zakat (9) Ziarah (1) Zina (2)

Random Ayat Quran

Millis

Join dan ikuti diskusi ilmiah, tanya jawab dan info-info yang insyaAllah sangat bermanfaat.

Flag Counter